Beredar sebuah pesan di Internet dan jejaring sosial dengan mengatasnamakan Tanri Abeng terkait kasus bernuansa SARA (Suku, Agama dan Ras). Sebuah pernyataan tertulis sebagai reaksi atas penghinaan yang menimpa Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Muhammad Zainul Majdi atau yang biasa disapa Tuan Guru Bajang (TGB).
Pesan yang ditulis oleh Tanri Abeng dengan judul "Begitu Hina kah Kami Para Pribumi di Indonesia?" menjadi viral karena banyak netizen mengira nama Tanri Abeng yang dimaksud adalah mantan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN pada Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi Pembangunan.
Tulisan tersebut merupakan reaksi atas perlakuan tidak menyenangkan yang dilakukan seorang pria berinisial SHS kepada Gubernur NTB, Tuan Guru Bajang. Peristiwa penghinaan tersebut terjadi di Bandara Changi, Singapura, pada 9 April 2017. TGB dihina dengan kata-kata kasar saat ia bersama istrinya tengah antre di counter Batik Air yang ada di Bandara Changi. TGB hendak bertolak menuju Jakarta.
Berikut artikel dari situs Kompasiana (13/4/2017), "Begitu Hina kah Kami Para Pribumi di Indonesia?", ditulis oleh Tanri Abeng:
Menjelang tengah malam, ada sepucuk surat yang berselewaran di media sosial. Surat permohonan permintaan maaf dari seorang mahasiswa Indonesia kepada Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Muhammad Zainul Majdi. Surat yang bertanda tangan atas nama Steven Hadisurya Sulistyo itu dibuat di Bandara Soekarno Hatta pada tanggal 9 April 2017.
Saat membaca surat tersebut hati saya langsung mendidih, bukan karena status Tuanku Guru Baja yang merupakan seorang Gubernur dihina. Tapi kata-kata yang disampaikannya membuat hati ini sakit dan terhina, Steven menyebut kata dasar pribumi, dasar Indo, Tiko (Tikus Kotor).
Setelah mencari siapa sosok Steven tersebut, saya menemukan ternyata dia sosok bermata sipit. Besar kemungkinan dia merupakan warga keturunan, hal itu berdasarkan kata-katanya yang menyebut dasar pribumi. Saya menyimpulkan kalau dia bukan orang pribumi atau asal usulnya bukan pribumi asli Indonesia.
Bukankah saat ini kata pribumi dan tidak pribumi sudah berusaha kita hapuskan semua. Setiap orang yang sudah menjadi warga negara indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama, kenapa Steven menyebut kata-kata tersebut. Dia harus paham, kalau kata itu bisa memancing api kemarahan.
Yang saya takutkan adalah seorang Gubernur saja bisa dihina begitu rupa, apalagi saya yang hanya orang kecil. Tak terbayangkan jika nanti saya bekerja dengannya, atau berurusan dengan orang seperti Steven. Mungkin kepala saya akan diinjaknya setiap hari, harga diri juga tidak akan ada.
Selengkapnya ...
Artikel di atas menjadi viral dan beredar di situs dan blog, banyak netizen menganggap bahwa nama Tanri Abeng yang dimaksud adalah mantan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN.
Bahkan Foto bapak Tanri Abeng ditampilkan dengan foto Tuan Guru Bajang di laman situs blog.
Apakah nama Tanri Abeng sang penulis di Kompasiana adalah mantan menteri yang sekarang menjabat Komisaris Utama Pertamina (Persero)? Berdasarkan keterangan dari sekretaris bapak Tanri Abeng, ia menjelaskan bahwa artikel tersebut bukan ditulis oleh bapak Tanri Abeng.
"Artikel tersebut bukanlah tulisan bapak Tanri Abeng yang sekarang menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina," jelasnya, saat dihubungi Sekoci. "Kabar yang beredar tolong diluruskan bapak Tanri Abeng tidak pernah menulis artikel itu."
Sekoci juga mendapatkan Press release Pertamina (15/042017) dari Vice President Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito. PT Pertamina (Persero) menegaskan bahwa Komisaris Utama Pertamina itu tidak pernah membuat pernyataan tersebut.
Berikut Press Release PT Pertamina:
Pertamina Sayangkan Beredarnya Pernyataan Bernuansa SARA Mengatasnamakan Tanri Abeng
Jakarta, 15 April 2017 – Menanggapi penyebarluasan informasi bernuansa SARA (Suku, Agama dan Ras) yang mengatasnamakan Tanri Abeng, PT Pertamina (Persero) menyayangkan hal tersebut sekaligus menegaskan Komisaris Utama Pertamina itu tidak pernah membuat pernyataan tersebut.
Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan isu yang berkembang dan tulisan termuat di media online berjudul "Tanri Abeng: Begitu Hinakah Kami Para Pribumi di Indonesia," merupakan berita bohong.
"Kami telah mengkonfirmasi langsung kepada beliau, Pak Tanri Abeng tidak pernah membuat pernyataan, atau menerima dan melakukan wawancara dengan media online yang memuat tulisan tersebut, apalagi mengizinkan untuk menyebarkan informasi sebagaimana termuat di media tersebut," katanya.
Dengan demikian, Adiatma mengharapkan penyebaran informasi tersebut dihentikan karena dapat menimbulkan disharmoni diantara warga bangsa. Dia juga berharap aparat kepolisian dapat menindak pelaku penyebaran informasi bohong ini.
"Sebagai warga negara Indonesia, apalagi sedang beriktiar mengupayakan berbagai langkah bersama Pertamina untuk memperkuat ketahanan dan kemandirian energi, kami berharap isu ini tidak berkembang dan tidak disebarluaskan lebih jauh demi menjaga keutuhan dan keharmonisan hidup di Negara tercinta Republik Indonesia. Mari kita memanfaatkan saluran komunikasi media dengan cara-cara yang sehat dan menjaga keharmonisan antar anak bangsa," tuturnya.
Lalu siapakah Kompasianer dengan nama Tanri Abeng? Tidak ada identitas jelas, bahkan tidak ditemukan foto si penulis yang telah menerbitkan tiga artikel di situs Kompasiana.
Nama Tanri Abeng dengan tulisan artikel berjudul "Begitu Hina kah Kami Para Pribumi di Indonesia?", berasal dari seorang kompasianer (penulis di situs kompasiana.com). Tulisan tersebut telah disalahpahami seolah pernyataan dari bapak Tanri Abeng yang sekarang menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina (Persero).
Salam YukViral.
Klarifikasi Tulisan Pernyataan Bernuansa SARA Mengatasnamakan Tanri Abeng
4/
5
Oleh
Marveleus